KONSEP
DASAR KEPERAWATAN GERONTIK
•Gerontik
: gerontologi + geriatrik
•Gerontologi
adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
PENGERTIAN
Ilmu
+ Keperawatan + Gerontik
•Ilmu
: pengetahuan dan sesuatu yang dapat dipelajari
•Keperawatan
: konsisten terhadap hasil lokakarya nasional keperawatan 1983
•Gerontik
: gerontologi + geriatrik
•Gerontologi
adalah cabang ilmu yang membahas/menangani tentang proses penuaan/masalah yang
timbul pada orang yang berusia lanjut.
•Geriatrik
berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia
lanjut.
•Keperawatan
Gerontik : suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan
kiat/teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosio-spritual dan kultural
yang holistik, ditujukan pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
LINGKUP
PERAN DAN TANGGUNGJAWAB
Fenomena
yang menjadi bdang garap keperawatan gerontik adalah tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses penuaan.
Lingkup
askep gerontik meliputi:
1.
Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
2.
Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses penuaan
3.
Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses penuaan
Dalam
prakteknya keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sebagai berikut:
1.
Sebagai Care Giver /pemberi asuhan langsung
2.
Sebagai Pendidik klien lansia
3.
Sebagai Motivator
4.
Sebagai Advokasi
5.
Sebagai Konselor
Tanggung
jawab Perawat Gerontik
1.
Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
2.
Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
3.
Membantu klien lansia menerima kondisinya
4.
Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara manusiawi
sampai dengan meninggal.
Sifat
Pelayanan Gerontik
1.
Independent (layanan tidak tergantung pada profesi lain/mandiri)
2.
Interdependent
3.
Humanistik (secara manusiawi)
4.
Holistik (secara keseluruhan)
Model
Pemberian Keperawatan Profesional
1.
Model Asuhan
2.
Model Manajerial?berkaitan pada pengaturan/manajemen
Model
asuhan yang sesuai masih dalam penelitian…………………………………
Diterima
sementara ini “Ad an Adaptation Model of Nursing” (Sister Calista Roy)
Gerontologi
adalah
bidang studi yang mempelajari aspek sosial, psikologi dan biologi dari proses
penuaan. Hal ini berbeda dengan geriatri, yang merupakan cabang dari ilmu
kedokteran yang mempelajari penyakit pada lanjut usia (lansia). Istilah
geriatri ini berasal dari bahasa Yunani geron yang berarti “orang tua” dan
iatros yang berarti “penyembuh” alias dokter atau dukun
Meski
ilmu ini sudah diperkenalkan sejak 1909, namun perkembangannya tidak sepesat
ilmu kedokeran yang lain. Katakanlah ilmu biologi molekuler, saat ini sebagian
universitas terkenal di negeri ini “demam” dengan ilmu tersebut. Bisa jadi,
penghargaan kita terhadap generasi pendahulu kita perlu diperbaharui.
Konotasi
“jompo” atau orang yang tidak berdaya, amat lekat pada lansia. Barangkali, bila
semakin banyak kelompok lansia yang cukup kaya untuk membiayai kesehatannya,
ilmu geriatri ini akan lebih berkembang
Di
Amerika, ahli geriatri adalah dokter keluarga atau dokter penyakit dalam yang
memperoleh pelatihan sesuai kualifikasi ilmu geriatri. Pada pokoknya, dokter
untuk lansia ini bekerja di level komunitas. Sedangkan di Inggris, sebagian
besar ahli geriatri adalah ahli geriatri yang bekerja di rumah sakit, meskipun
memiliki perhatian pula terhadap geriatri komunitas. Pelayanannya meliputi
pelayanan orthogeriatrics (fokus pada osteoporosis dan penanganan komplikasinya),
psychogeriatrics (fokus pada demensia dan depresi pada geriatri) dan
rehabilitasi.
Di
Indonesia memiliki sejarah yang kurang lebih sama. Adalah Prof Supartondo, ahli
penyakit dalam yang merintis bidang ini. Guru besar FKUI ini, merekrut ahli
penyakit dalam dari berbagai divisi seperti reumatologi (Prof Harry Isbagio),
pulmonologi (dr Asril Bahar), kardiologi (Prof) dan ginjal hipertensi (Dr
Suhardjono) untuk membangun divisi Geriatri. Saat ini sudah ada 2 orang ahli
geriatri di FKUI yang secara khusus mendalami bidang ini, Dr. Czeresna Heriawan
dan Dr. Siti Setiati
Perkembangan
IPTEK memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka
harapan hidup (AHH) yaitu:
AHH
di Indonesia
tahun
1971 : 46,6 tahun
tahun
1999 : 67,5 tahun
Populasi
lansia akan meningkat juga yaitu:
•Pada
tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total populasi
penduduk.
•Pada
tahun 2020 diperkirakan meningka 3X menjadi ± 29 juta jiwa/11,4 % dari total
populasi penduduk (Lembaga Demografi FE-UI-1993).
Selanjutnya
:
Terdapat
hasil yang mengejutkan, yaitu:
•62,3%
lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai pekerjaannya sendiri
•59,4%
dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga
•53
% lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga
•hanya
27,5 % lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu
DEPKES
RI membagi Lansia sebagai berikut:
1.
kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS
2.
kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM
3.
kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM
Sedangkan
WHO membagi lansia menjadi 3 kategori, yaitu:
1.
Usia lanjut : 60 - 74 tahun
2.
Usia Tua : 75 - 89 tahun
3.
Usia sangat lanjut : > 90 tahun
PROSES
PENUAAN
Proses
Terjadinya Penuaan
1.
Biologi
a.
Teori “Genetic Clock”;
Teori
ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya program jam genetik
didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka waktu tertentu dan jika jam
ini sudah habis putarannya maka, akan menyebabkan berhentinya proses mitosis.
Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan
Martono (1999) dari teori itu dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan
membelah sel dalam kultur dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error
catastrophe) hal penting lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis
faktor-aktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang
menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa
radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi
yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsional sel tersebut.
b.
Teori “Error”
Salah
satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel somatik adalah hipotesis
“Error Castastrophe” (Darmojo dan Martono, 1999). Menurut teori tersebut menua
diakibatkan oleh menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan
manusia. Akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan metabolisme yang
dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi sel secara perlahan.
c.
Teori “Autoimun”
Proses
menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi yang dapat
mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya
sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan
pada permukaan sel, maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh
menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya Goldstein(1989) dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan
dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibodi pada lansia
(Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem
imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua,
daya serangnya terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis
meningkat sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati,
1994)
d.
Teori “Free Radical”
Penuaan
dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas dalam tubuh manusia.
Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2), Radikal Hidroksil (OH) dan
Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas sangat merusak karena sangat reaktif ,
sehingga dapat bereaksi dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut
Oen (1993) yang dikutif dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin
tua umur makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus
terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.
e.
Wear &Tear Teori
Kelebihan
usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.
f.
Teori kolagen
Peningkatan
jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan kerusakan jaringan dan
melambatnya perbaikan sel jaringan.
2.
Teori Sosiologi
a.
Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan secara
langsung.
b.
Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya
suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.
c.
Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti hubungan
dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.
d.
Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan
mempercepat proses penuaan.
3.
Teori Psikologis
a.
Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai aktualisasi
menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai kebutuhan yang
sempurna.
b.
Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam
perkembangan kehidupan.
c.
Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada
tingkat maksimumnya.
d.
Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan
sesuai dengan usianya.
•Penuaan
Primer : perubahan pada tingkat sel (dimana sel yang mempunyai inti DNA/RNA
pada proses penuaan DNA tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu
mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan akibat kurang
mampunya membuat protein maka akan terjadi penurunan imunologi dan mudah
terjadi infeksi.
•Penuaan
Skunder : proses penuaan akibat dari faktor lingkungan, fisik, psikis dan
sosial .
Stress
fisik, psikis, gaya hidup dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua.
Contoh
diet ; suka memakan oksidator, yaitu makanan yang hampir expired.
Gairah
hidup yang dapat mempercepat proses menjadi tua dikaitkan dengan kepribadian
seseorang, misal: pada kepribadian tipe A yang tidak pernah puas dengan apa
yang diperolehnya.
Secara
umum perubahan proses fisiologis proses menua adalah:
1.
Perubahan Mikro
•Berkurangnya
cairan dalam sel
•Berkurangnya
besarnya sel
•Berkurangnya
jumlah sel
2.
Perubahan Makro
•Mengecilnya
mandibula
•Menipisnya
discus intervertebralis
•Erosi
permukaan sendi-sendi
•Osteoporosis
•Atropi
otot (otot semakin mengecil, bila besar berarti ditutupi oleh lemak tetapi
kemampuannya menurun)
•Emphysema
Pulmonum
•Presbyopi
•Arterosklerosis
•Manopause
pada wanita
•Demintia
senilis
•Kulit
tidak elastis
•Rambut
memutih
Proses
menua
Pada
hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (
Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis.
Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih,
penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai
fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan kurang gairah.
Meskipun
harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat dalam
hal ini diartikan :
1)
Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial
2)
Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
3)
Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat
(Rahardjo,
1996)
Akibat
perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang menuntut
dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila proses
penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah berbagai
masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto ( 1994)
menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :
1)
Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain
2)
Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola hidupnya
3)
Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal atau
pindah
4)
Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah banyak
5)
Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan dengan
perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yang mendasar
adalhan perubahan gerak.
Lanjut
usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap diri makin
bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang. Ketiga minat
terhadap uang semakin meningkat, terkhir minta terhadap kegiatan rekreasi tak
berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan motivasi yang tinggi
pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya agar tetap sehat
secara fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan latihan fisik secara
benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.
Berkaitan
dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa perubahan yang
dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap perubahan
tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap yang
ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung dari
pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan yang
diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan masalah
peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan peran sosial (Goldstein,
1992).
Dalam
menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri penyesuaian
yang tidak baik dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar (1994)
adalah :
1)
Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya
2)
penarikan diri ke dalam dunia fantasi
3)
Selalu mengingat kembali masa lalu
4)
Selalu kwuatir karena pengangguran
5)
Kurang ada motivasi
6)
Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik
7)
Tempat tinggal yang tidak diinginkan
Dilain
pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah : Minat
yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas, menikmati
kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan memiliki
kekuatiran minimal terhadap diri dan orang lain.
Faktor
faktor yang mempengaruhi penuaan
1)Hereditas
atau ketuaan genetik
2)Nutrisi
atau makanan
3)Status
kesehatan
4)Pengalaman
hidup
5)Lingkungan
6)Stres
KARAKTERISTIK
PENYAKIT PADA LANSIA
•Saling
berhubungan satu sama lain
•Penyakit
sering multiple
•Penyakit
bersifat degeneratif
•Berkembang
secara perlahan
•Gejala
sering tidak jelas
•Sering
bersama-sama problem psikologis dan sosial
•Lansia
sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
•Sering
terjadi penyakit iatrogenik (penyakit yang disebabkan oleh konsumsi obat yang
tidak sesuai dengan dosis)
Hasil
penelitian Profil Penyakit Lansia di 4 kota (Padang, Bandung, Denpasar,
Makasar),
sebagai
berikut:
•Fungsi
tubuh dirasakan menurun:
Penglihatan
(76,24 %),
Daya
ingat (69,39 %),
Sexual
(58,04 %),
Kelenturan
(53,23 %),
Gilut
(51,12 %).
•Masalah
kesehatan yang sering muncul
Sakit
tulang (69,39 %),
Sakit
kepala (51,15 %),
Daya
ingat menurun (38,51 %),
Selera
makan menurun (30,08 %),
Mual/perut
perih (26,66 %),
Sulit
tidur (24,88 %) dan
sesak
nafas (21,28 %).
Permasalahan
umum
a)
Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan
b)
Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga yang lanjut usia
kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.
c)
Lahirnya kelompok masyarakat industri
d)
Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia
e)
Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia
Perubahan-Perubahan
yang Terjadi pada Lansia
1.
Perubahan Fisik
Meliputi
perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya
sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan
tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen.
a.
Sistem pernafasan pada lansia.
1)
Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi
berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2)
Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga potensial
terjadi penumpukan sekret.
3)
Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan
yang tenang kira kira 500 ml.
4)
Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²),
Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.
5)
Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari
hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6)
CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga menurun
yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7)
kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari
saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b.
Sistem persyarafan.
1)
Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2)
Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
3)
Mengecilnya syaraf panca indera.
4)
Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium
& perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan
terhadap dingin.
c.
Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1)
Penglihatan
a)
Kornea lebih berbentuk skeris.
b)
Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
c)
Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
d)Meningkatnya
ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah
melihat dalam cahaya gelap.
e)
Hilangnya daya akomodasi.
F
Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
g)
Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
2)
Pendengaran
a)
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya
kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara,
antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata
kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b)
Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
c)
Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.
3)
Pengecap dan penghidu.
a)
Menurunnya kemampuan pengecap.
b)
Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.
4)
Peraba.
a)
Kemunduran dalam merasakan sakit.
b)
Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
b.
Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1)
Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2)
Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun.
Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
3)
Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya
efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi
65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
4)
Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
(normal ± 170/95 mmHg ).
c.
Sistem genito urinaria.
1)
Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin
menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2)
Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun
sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah
dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.
3)
Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4)
Atropi vulva.
5)
Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan
menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap
perubahan warna.
6Daya
sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk
melakukan dan menikmati berjalan terus.
d.
Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1)
Produksi hampir semua hormon menurun.
2)
Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3)
Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh
darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4)
Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5)
Menurunnya produksi aldosteron.
6)
Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.
7)
Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang
serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
e.
Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
1)
Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk.
2)
Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi
indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3)
Esofagus melebar.
4)
Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5)
Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6)
Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7)
Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
f.
Sistem muskuloskeletal.
1)
Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2)
resiko terjadi fraktur.
3)
kyphosis.
4)
persendian besar & menjadi kaku.
5)
pada wanita lansia > resiko fraktur.
6)
Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7)
Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan
berkurang ).
a.
Gerakan volunter / gerakan berlawanan.
b.
Gerakan reflektonik / Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap rangsangan
pada lobus.
c.
Gerakan involunter / Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap
suatu perangsangan terhadap lobus
d.
Gerakan sekutu / Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin
efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
g.
Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1).
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2).
Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
3).
Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4).
Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah dan
menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5).
Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka luka
kurang baik.
6).
Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7).
Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.
8).
Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9).Temperatur
tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10).Keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya
akitfitas otot.
11).
Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1)
Perubahan sistem reprduksi.
a)
selaput lendir vagina menurun/kering.
b)
menciutnya ovarium dan uterus.
c)
atropi payudara.
d)
testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur
berangsur.
e)
dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.
2)
Kegiatan sexual.
Sexualitas
adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan yang berhubungan
dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan sexual, disini kita
bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan
berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses
reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain sebagai manusia,
dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas melalui pola pola
yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara sosial Ù kedekatan dengan
suatu keadaan intim dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling
diharapkan dalammenjalani sexualitas.
Sexualitas
pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara yang lain
dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk
anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih
banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan
pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil
alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.
2.
Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a.
Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b.
kesehatan umum
c.
Ttingkat pendidikan
d.
Keturunan (herediter)
e.
Lingkungan
f.
Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g.
Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h.
Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili
i.
Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan
konsep diri
Perubahan
kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa
ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena
faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan
(memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari
yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika
(0-10 menit), kenangan buruk.
Intelegentia
Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2)
berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi perubahan
pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.
Pengaruh
proses penuaan pada fungsi psikososial.
1.
perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran
orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada
fungsi mereka.
2.
Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.
3.
Gangguan halusinasi.
4.
Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.
5.
Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.
3.
Perubahan Spiritual
Agama
atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia
makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan
bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner,1970)
Konsep
Model Florence Nightingle
Inti
konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek lingkungan secara
keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psikologis dan
lingkungan sosial.
a.
Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan
lingkungan dasar/alami yan berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor
tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan
mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu,
asap, bau-bauan.Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih,
tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi
penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk
beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian
rupa supaya mendapat ventilasi.
b.
Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
F.
Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan
stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu
ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari,
makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk
membantu pasien dalam mempertahankan emosinya.
Komunikasi
dengan pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh,
komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi
tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan
dilingkungan pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien
atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu
muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu
membicarkan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal
yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.
c.
Lingkungan sosial (social environment)
Observasi
dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan data-data
yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan
observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar
data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.
Seperti
juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan
dalam hubungnya individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak
hanya meliputi lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga
keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
d.
Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep
Hubungan
teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :
1)
Individu / manusia
Memiliki
kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam menghadapi penyakit.
2)
Keperawatan
Bertujuan
membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik untuk dapat melakukan
kegiatan melalui upaya dasar untuk mempengaruhi lingkungan.
3)
Sehat / sakit
Fokus
pada perbaikan untuk sehat.
4)
Masyarakaat / lingkungan
Melibatkan
kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu, fokus
pada ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya.
e.
Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan
1)
Pengkajian / pengumpulan data
Data
pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi lingkungan
(lingkungan fisik, psikis dan sosial).
2Analisa
data
Data
dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental yang berkaitan
dengan kondisi klien yang berhubungan dengan lingkungan keseluruhan.
3)
Masalah
Difokuskan
pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :
Kurangnya
informasi tentang kebersihan lingkungan??
Ventilasi??
Pembuangan
sampah??
Pencemaran
lingkungan??
Komunikasi
sosial, dll??
4)
Diagnosa keperawatan
Berrbagai
masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan antara lain :
Faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan.??
Penyesuaian
terhadap lingkungan.??
Pengaruh
stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.??
5)
Implementasi
Upaya
dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi
lingkungan yang baik yang mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan
individu.
6)
Evaluasi
Mengobservasi
dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan individu.
f.
Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain :
1)
Teori adaptasi
Adaptasi
menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan yang melawannya. Kekuatan
dipandang dalam konteks lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri.
Berrhasil tidaknya respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan
lingkungan yang dijelaskan Florence N.
Kemampuan
diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai pengaruh dari lingkungannya
berperanpenting pada setiap individu dalam berespon adaptif atau mal adaptif.
2)
Teori kebutuhan
Menurut
Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan teori Florence N, sebagai contoh
kebutuhan oksigen dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan
lingkungan yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.
Teori
kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang berhubungan dengan
kemampuan manusia dalam mempertahankan hidupnya.
3)
Teori stress
Stress
meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan, yang harus
ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada hasil akhir.
Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan positip dalam mencapai
keinginan atau kebutuhan.
Stress
juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu
tidak dapat mengatasi. Florence N, menekankan penempatan pasien dalam
lingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat
yang gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu dipandang
sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai
pengaruh kuat pada kemampuan koping individu.
5.
Teori Kejiwaan sosial
a)
Aktifitas atau kegiatan ( activity theory )
Ketentuan
akan meningkatnya pada penurunan jumlah secara langsung. Teri ini menyatakan
bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut dalam banyak
kegiatan sosial
Ukuran
optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
Mempertahankan
hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia
pertengahan ke lanjut usia
b)
Kepribadian berlanjut ( continuity theory )
Dasar
kepribadian aatau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe
personality yang dimiliki.
c)
Teori Pembebasan ( Disengagement theory )
Teori
ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
bengangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel loss ), yakni 1)
kehilangan peran 2) hambatan kontak sosial 3) berkurangnya kontak komitmen.